9 jincuriki

Selasa, 05 April 2011

bahaya mendengarkan musik lewat earphone

Memakai earphone berlama-
lama ternyata bisa
mengganggu pendengaran
lho… Kenapa dan bagaimana mengatasinya? Telinga manusia ternyata
memiliki struktur dan fungsi
yang luar biasa. Selain proses
menghantarkan bunyi
sehingga kita bisa mendengar,
di dalam telinga juga terdapat proses untuk mengurangi
paparan bising. Secara otomatis, telinga
memiliki kemampuan untuk
meredam suara yang keras
menjadi tidak bermasalah bagi
pendengaran. Namun, telinga
juga memiliki batas kemampuan untuk
mendengar, sehingga dosis
atau batas berapa lama ia
boleh terpapar bunyi tertentu
tidak boleh melebihi dosis. Misalnya, untuk bunyi letusan
senapan yang memiliki
intensitas sekitar 110 desibel
dan frekuensi yang cukup
tinggi, telinga hanya boleh
terpapar tidak lebih dari 30 detik. Lebih dari itu, maka risiko
terjadinya penurunan fungsi
pendengaran atau trauma
bising akan menjadi lebih
besar. Intinya, telinga memiliki
kemampuan yang terbatas
untuk mendengar suara pada
intensitas tertentu. Semakin
tinggi intensitasnya, telinga
hanya boleh mendengar dalam waktu singkat. Dosis ini
berlaku untuk semua usia. Beberapa tempat atau
kegiatan tertentu ternyata
juga memiliki intensitas dan
frekuensi bunyi yang bisa
membahayakan pendengaran
jika terlalu lama terpapar. Bahkan, referensi
menunjukkan bahwa pusat-
pusat kebugaran yang kerap
memutar musik dengan volume tinggi juga
menyimpan risiko terjadinya
trauma bising bahkan
ketulian. Profesi sebagai pilot
atau mereka yang bekerja di
bandara berisiko lebih besar. Karena, bising pesawat
terbang memiliki intensitas
yang sangat besar, yaitu 145
desibel. Coba bandingkan
dengan bunyi letusan senapan
di atas. Kenapa? Jika intensitas suara
lebih dari dosis yang
diperkenankan, maka akan
terjadi gangguan pada rumah
siput (cochlea), dimana di sini
terjadi proses perubahan energi mekanik menjadi
energi listrik. Sel-sel rambut
getar yang harusnya
mentransimi suara mekanik
menjadi rusak. Bentuk rumah siput kita unik,
seperti bentuk dua setengah
lingkaran. Frekuensi tinggi
ada di sebelah kiri, dan rendah
di kanan. Jadi, kebalikan dari
piano. Nah, rambut getar bertugas mengubah bunyi
sesuai dengan frekuensinya,
baik tinggi, sedang atau
rendah. Lima Menit Per Hari Lifestyle yang modern juga
sangat berpengaruh terhadap
kesehatan pendengaran.
Belum lagi lingkungan kita
yang ternyata penuh dengan
kebisingan. Sebagai contoh, pusat
permainan di mal-mal yang
ternyata sangat bising. Sebuah
penelitian menunjukkan
bahwa bising ruangan di
tempat tersebut berkisar antara 40-60 desibel. Ini cukup
tinggi. Anak yang bermain di
tempat tersebut mempunyai
paparan bising yang besar,
sehingga ada risiko menderita
trauma bising atau gangguan pendengaran akibat bunyi
yang sangat keras (noise-
induced hearing loss). Risiko Pemutar Musik Demikian juga dengan
pemakaian headset, earphone,
MP3 atau MP4 player, dan
perangkat pemutar musik
portabel lainnya. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa ketika alat pemutar
musik digital yang
disambungkan dengan
earphone diputar pada
volume optimal atau maksimal (intensitas sekitar
100 desibel), telinga hanya
boleh terpapar maksimal 5
menit per hari. Pada volume 90 persen (90
desibel) hanya boleh terpapar
selama 18 menit. Pada volume
80 persen (80 desibel), hanya
boleh 1,2 jam dosis maksimal
per hari. Dan, pada volume 70 persen (70 desibel), hanya
boleh sekitar 4,6 jam
maksimal per hari. Lebih dari itu, risiko
terjadinya trauma bising akan
lebih besar. Jadi, sebaiknya
dipakai pada volume rendah
karena akan lebih aman. Ingat dengan pepatah yang
mengatakan, “if it is too loud you are too old ?” Semakin sering kita mendengarkan
bunyi yang terlalu keras,
maka usia kita akan jauh lebih
tua dari usia sesungguhnya
karena pendengaran kita
terganggu. Fakta menarik lain adalah
orang-orang dengan trauma
bising ternyata lebih sering
mengalami gangguan
pendengaran khususnya pada
frekuensi tinggi. Gambaran audiometrik rekam
pendengarannya
menunjukkan gambaran
takik (notch/penurunan) pada
frekuensi 4000 Hertz. Ini yang
membuat orang awalnya tidak merasa, karena
frekuensi pembicaraan kita
sehari-hari ada di antara 500 – 2000 Hertz. Sehingga, ketika
mengobrol biasa, rasanya
tidak ada gangguan. Baru
setelah dilakukan
pemeriksaan, diketahui terjadi
penurunan yang tajam pada frekuensi 4000 Hertz. Sebagian
besar kasus gangguan
pendengaran akibat bising
ditemukan pada saat medical
check up. Tentu, jika ini tidak segera
ditangani, penurunan
pendengaran akan terjadi di
semua frekuensi, tak hanya
pada frekuensi tinggi 4000
Hertz. Kalau tadinya hanya di 4000 Hertz, lama-lama terjadi
takik di semua frekuensi alias
tuli. Telinga Berdenging Apa, sih, gejala trauma bising?
Hampir 90 persen kasus
menunjukkan gejala telinga
berdenging (tinnitus). Denging yang dialami ini ada
dua macam, yaitu denging
nada tinggi seperti bunyi
pesawat dan nada rendah
seperti bunyi air conditioner
(AC). Dua-duanya bisa terjadi dan ini
biasanya disertai gangguan
pendengaran. Seringkali, yang
terjadi adalah cocktail party
deafness atau tuli di
keramaian. Pada saat berada di tempat
yang ramai, orang sulit
mendengar karena fungsi
cochlea menurun. Bising di
latar belakang akan sangat
mengganggu kualitas penerimaan bunyi oleh
cochlea. Misalnya, ketika
berada di mal, ia akan bingung
karena tidak bisa mendengar. Sebetulnya, kasus trauma
bising ini bisa dicegah 100
persen. Yang pertama dengan
upaya promotif preventif.
Caranya, waspada terhadap
bising di sekitar kita. Misalnya pakai perangkat pemutar
musik tapi tak perlu disetel
dengan volume (tingkat
suara) penuh. Atau, ketika orang tua
mengajak anak-anak ke mal,
sebaiknya perhatikan
seberapa bising tempat
tersebut. Jika memang terlalu
bising, sebaiknya tak perlu berlama-lama. Kita harus
menghindari atau mengurangi
paparan bising secara aktif. Yang tak kalah penting adalah
kesadaran para pemilik
tempat usaha, seperti mal.
Ada baiknya mereka
mengukur kebisingan
ruangan (sound level meter) dan mengumumkannya
kepada pengunjung. Efek trauma bising sendiri ada
dua, yaitu temporer dan
permanen. Pada trauma bising
temporer, dengan istirahat
cukup, fungsi telinga bisa
dipulihkan. Namun, trauma bising permanen sulit
disembuhkan. Akan tetapi, lebih baik kita
mencegah daripada
mengobati, kan? Awasi Si Kecil Orang tua sebaiknya waspada
ketika mengajak anak
bermain ke lingkungan atau
tempat bermain yang bising. Mereka harus memperkirakan
berapa tingkat kebisingan
tempat tersebut. Jika terlalu
bising, sebaiknya tak perlu
berlama-lama atau pakaikan
earplug ke telinga anak. Di rumah, perhatikan apakah
anak mengalami gangguan
pada pendengarannya. Yang paling mudah adalah
pada saat anak menonton TV.
Biasanya, ibu-ibu di rumah
lebih peka. Kalau anak
cenderung mendekat ke layar
TV atau volumenya diperkeras oleh anak, orang
tua sebaiknya waspada,
karena bisa jadi ini merupakan
gejala dini terjadinya
gangguan pendengaran pada
anak. Jika anak memang gemar
sekali mendengarkan musik
lewat earphone, biasakan agar
memasang volume dalam
keadaan tak penuh. Jangan sampai anak tetap
mendengarkan musik sampai
tertidur dengan pemutar
musik masih menempel di
telinga. Ini sangat berbahaya
bagi pendengarannya. Sumber Tags : mendengarkan musik, akibat mendengarkan musik,
mendengarkan musik online,
bahaya mendengarkan musik
lewat headphone
, bahaya earphones, contoh kasus karena media online
, bahaya ear phone dari handphone
, mendengar musik dengan headset berbahaya?
, earphone, pendengaran terganggu setelah naik
pesawat

1 komentar:

  1. hhaaa, jadi harus dihindari kebiasaan ini.. kalo aku sih stiap hari pke earphone.. ckckck ^o^

    BalasHapus